Rabu, 14 Maret 2018

Flutuasi Ekonomi dan Kuantitas Uang



Nama              :           Egi Pratama
Npm                :           1601270108
Program Study :        Perbankan Syariah
Mata Kuliah  :           Kebijakan Moneter dan Fisika
Pembahasan  :           Flutuasi Ekonomi dan Kuantitas Uang
Kuantitas Ekonomi
Teori kuantitas uang merupakan teori yang mengemukakan adanya hubungan langsung antara perubahan jumlah uang yang beredar dengan perubahan harga barang.
Teori ini berpandangan bahwa terdapat hubungan langsung antara pertumbuhan jumlah uang beredar dengan kenaikan harga-harga umum (inflasi) dan pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan penyebab utama inflasi. Penjelasan ini relevan dengan pandangan monetarist (Milton Friedman) bahwa inflasi, dimana dan kapanpun terjadinya, selalu merupakan sebuah fenomena moneter.
Hubungan tersebut dapat dikemukakan bahwa harga barang berbanding lurus dengan jumlah uang yang beredar. Teori kuantitas tersebut dikemukakan oleh Irving Fisher, dengan rumus sbb :
                                                                   MV = PT
Keterangan :
M = Money in circulation (jumlah uang yang beredar) .
V = Velocity of circulation (kecepatan peredaran uang) .
P = Price (tingkat harga rata-rata barang) .
T = Trade (jumlah barang yang diperdagangkan) atau output .
Contoh Soal :
Dalam Suatu Perekonomian ADA 1.500.000 Unit Barang diperdagangkan DENGAN harga Rp 400.000, 00 per unit. JIKA perputaran Uang selama Satu Tahun ADA sebanyak 10 Kali. Berapa Banyak Uang Yang distributes di Perekonomian tersebut?
Jawab :
Diketahui:
Banyak Barang diperdagangkan (T) = 1.500.000 Unit
Harga Barang (P) = Rp 400.000,00
KECEPATAN perputaran Uang (V) = 10.
Ditanyakan:
 Berapa jumlah Uang Yang beredar? (M)
Jawab:
Rumus berdasar Teori kuantitas Irving Fisher; M. V = P. T
M x 10 = 400,000 x 1.500.000
M = (400,000 X 1.500.000) / 10
    = 60.000.000.000
Jadi Uang Yang beredar di Perekonomian tersebut Adalah sebesar Rp 60.000.000.000,00
Menurut teori ini , perubahan jumlah uang yang beredar akan mengakibatkan perubahan harga secara proporsional . artinuya , kalau jumlah naik dua kali lipat maka tingkat harga naik dua kali .
Fluktuasi Ekonomi
Fluktuasi ekonomi adalah kenaikan dan penurunan aktifitas ekonomi secara relatif dibandingkan dengan trend pertumbuhan jangka panjang dari ekonomi.
Tiga Faktor Utama Mengenai Fluktuasi Ekonomi :
a.       Fluktuasi dalam perekonomian sifatnya tidak teratur dan tidak dapat diramalkan .
b.      Kebanyakan besaran ekonomi makro berflukturasi bersama-sama .
c.       Saat hasil produksi turun, tingkat pengangguran naik .
Dalam perkembangan teori tentang fluktuasi ekonomi, dunia ekonomi dihadapkan pada dua pandangan yang berbeda dalam menjelaskan terjadinya fluktuasi output dan kesempatan kerja jangka pendek. Teori tentang fluktuasi ekonomi yang paling umum saat ini adalah teori Real Business Cycle, teori Business Cycle Keynesian dan teori Business Cycle Moneter.
1.      Teori Real Business Cycle
Teori Real Business Cycle memberi kontribusi penting dalam ilmu ekonomi dengan memberi sudut pandang baru yang berbeda dalam mengkaji fluktuasi jangka pendek dari output dan kesempatan kerja (employment) yang dijelaskan dengan menggunakan substitusi tenaga kerja antar waktu. Dalam teori ini, fluktuasi dianggap sebagai perubahan dalam tingkat output alami atau keseimbangan dengan tetap mempertahankan model klasik sebagai acuan. Teori ini mengasumsikan bahwa harga dan upah adalah fleksibel, bahkan dalam jangka pendek. Dengan asumsi complete price flexibility, teori ini menganut classical dichotomy dimana variabel-variabel nominal seperti pergerakan uang dan tingkat harga tidak mempengaruhi variabel-variabel di sektor riil seperti output dan pengangguran (Mankiw, 2000). 
2.      Teori Business Cycle Keynesian
Para pengkritik teori Real Business Cycle umumnya berasal dari penganut aliran Keynesian. Banyak dari mereka percaya bahwa fluktuasi output dan kesempatan kerja dalam jangka pendek disebabkan oleh terjadinya fluktuasi dalam permintaan agregat akibat lambatnya upah dan harga menyesuaikan dengan kondisi ekonomi yang sedang berubah. Dengan kata lain teori ini percaya bahwa upah dan harga bersifat kaku/sulit berubah, sehingga peranan pemerintah dalam kebijakan fiskal dan moneter sangat diperlukan untuk menstabilkan perekonomian. Karena teori ini dibangun diatas model permintaan agregat dan penawaran agregat tradisional, maka dalam teori ini dikatakan bahwa perubahan harga dari biaya sekecil apapun akan memiliki dampak makroekonomi yang besar karena adanya eksternalitas permintaan agregat.

3.      Teori Business Cycle Moneter
Teori business cycle moneter menekankan pada pentingnya guncangan permintaan, khususnya terhadap fluktuasi ekonomi, tetapi hanya dalam jangka pendek. Dalam business cycle moneter dan keynesian, uang mempengaruhi output sedangkan teori real business cycle menyatakan bahwa output mempengaruhi uang.
Contoh kasus di Indonesia
  • Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat fluktuatif disebabkan perekonomian Indonesia sangat tergantung pada kondisi eksternal.Misalnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama periode 1970-an, khususnya 1971-1973 disebabkan membubungnya harga minyak bumi, yang meningkatkan penerimaan ekspor migas.Minyak inilah yang dimanfaatkan pemerintah untuk meningkatkan APBN, selama PJP1 merupakan salah satu mesin utama pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang rendah, terutama pada periode 1982, disebabkan perekonomian dunia mengalami resesi. Melemahnya perekonomian dunia bermakna melemahnya permintaan terhadap ekspor Indonesia, yang pada gilirannya akan melemahkan kemampuan Indonesia mengimpor bahan baku dan barang modal guna meningkatkan produksi.
  • Krisis Ekonomi 1998
Krisis ekonomi Indonesia merupakan konsekuensi dari mekanisme pasar yang ditempuh pemerintah.Risiko dari mekanisme pasar adalah kegagalan pasar, yang disebabkan ketidaksempurnaan informasi atau penyimpangan moral para pelaku ekonomi.
Flukturasi ekonomi jangka pendek
a.       Model dasar dari fluktuasi ekonomi
Model fluktuasi ekonomi jangka pendek terfokus pada perilaku dua variabel. Variabel pertama adalah hasil perekonomian dalam bentuk barang dan jasa, sebagaimana diukur oleh PDB riil. Variabel kedua adalah tingkat harga keseluruhan, yang diukur oleh indeks harga konsumen atau deflator PDB. Kita menganalisis fluktuasi-fluktuasi dalam perekonomian secara keseluruhan dengan model permintaan dan penawaran agregat.

Permintaan agregat
Permintaan agregat ( aggregate demand, AD) adalah hubungan antara jumlah output yang diinginkan dan tingkat harga agregat. Dengan kata lain, kurva permintaan agregat menyatakan jumlah barang dan jasa yang ingin dibeli orang pada tingkat harga tertentu.

Kurva permintaan agregat
Kurva permintaan agregat AD menunjukan hubungan antara tingkat harga P dan jumlah barang dan jasa yang diminta Y. Kurva itu digambar untuk nilai penawaran uang M tertentu. Kurva permintaan agregat miring ke bawah : semakin tinggi harga P, semakin rendah tingkat keseimbangan riil M/F, dan karena itu semakin rendah jumlah barang dan jasa yang diminta Y.
Terdapat 3 alasan berkaitan dengan hubungan negatif kurva permintaan agregat tersebut yaitu :
1.      Tingkat harga dan konsumsi : Efek kekayaan
Penurunan tingkat harga membuat konsumen merasa lebih kaya, yang kemudian akan terdorong untuk lebih banyakmembelanjakan uangnya. Peningkatan pengeluaran konsumen berarti juga peningkatan jumlah barang dan jasa yang diminta
2.      Tingkat harga dan investasi : Efek suku bunga
Tingkat harga yang lebih rendah menurunkan suku bunga, yang akan mendorong pembelanjaan barang-barang investasi dan meningkatkan jumlah barang dan jasa yang diminta

3.      Tingkat harga dan ekspor neto : Efek nilai tukar
Jatuhnya tingkat harga di AS menyebabkan jatuhnya suku bunga di negara tersebut, terdepresiasinya nilai tukar riil yang kemudian mendorong ekspor neto AS dan meningkatkan jumlah permintaan barang dan jasa.
Penawaran agregat
Penawaran agregat (aggregate supply, AS) adalah hubungan antara jumlah barang dan jasa yang di tawarkan dan tingkat harga. Karena perusahaan yang menawarkan barang dan jasa memiliki harga yang fleksibel dalam jangka panjang tetapi harga yang kaku dalam jangka pendek, hubungan penawaran agregat bergantung pada horison waktu.
Jangka panjang: kurva penawaran agregat vertikal dalam jangka panjang tingkat output ditentukan oleh jumlah modal dan tenaga kerja serta ketersediaan teknologi, tingkat output, tingkat bergantung pada tingkat harga. Kurva tingkat agregat jangka panjang adalah vertikal.
Jangka pendek: kurva penawaran agregat horizontal adalah perpotongan kurva permintaan agregat dan kurva penawaran agregat jangka pendek horizontal, perubahan permintaan agregat mempengaruhi tiingkat output.

Kebijakan stabilisasi
Bertujuan untuk mengevaluasi bagaimana kebijakan makroekonomi dapat menanggapi guncangan ini, para ekonom menggunakan istilah kebijakan stabilisasi (stabilization policy) untuk mengacu pada tindak kebijakan yang bertujuan mengurangi tekanan fluktuasi ekonomi jangka-pendek.
a.       Guncangan pada permintaan agregat
Tingkat permintaan agregat yang tinggi mendorong harga dan upah, dengan naiknya tingkat harga, kuantitas output yang diminta menurun, dan perekonomian secara bertahap mendekati tingkat produksi alamiah. Tetapi selama masa transisi ke tingkat harga yang lebih tinggi, output perekonomian lebih tinggi daripada tingkat alamiahnya.
b.      Guncangan pada penawaran agregat
Guncangan pada permintaan agregat bisa menyebabkan fluktuasi ekonomi. Guncangan penawaran adalah guncangan pada perekonomian yang bisa mengubah biaya produksi barang serta jasa dan akibatnya, mempengaruhi harga yang dibebankan perusahaan kepada konsumen, karena memiliki dampak yang langsung terhadap tingkat harga, guncangan penawaran kadang disebut guncangan harga.


DUA PENYEBAB FLUKTUASI EKONOMI
1.      Dampak Pergeseran Permintaan Agregat
Akan mengurangi permintaa agregat terhadap barang dan jasa. Dengan kata lain, untuk tingkat harga berapun , ruma tangga dan perusahaan akan membeli barang dan jasa dalam jumlah yang lebih sedikit. Tingkat output yang jatuh menandakan bahwa perekonomianvberada pada resesi. Sehingga perusahaan merespon penjualan dan produksi yang lebih rendahdengan mengurangi pekerja. Oleh karena itu, pesimis yang menyebabkan pergeseran pada permintaan agregat dan naikknya angka pengangguran. Solusinya adalah dengan menaikkan belanja pemerintah atau kenaikan jumlah uang beredar akan meningkatkan jumlah permintaan barang dan jasa pada harg aberapap pun sehingga akan mengeser kurva permintaan agregat ke kanan.  Perekonomian mulai pada ekuilibrium jangka-panjang di titik A. Maka, penurunan permintaan agregat, mungkin disebabkan penurunan jumlah uang beredar M, menggeser perekonomian dari titik A ke titik B, di mana output di bawah tingkat alaminya. Seiring harga turun, perekonomian pulih dari resesi, bergerak dari titik B ke titik C. dalam jangka pendek, pergeseran-pergeseran pada permintaan agregat menyebabkan fluktuasi pada output barang dan jasa dalam perekonomian. dalam jangka panjang, pergeseran pada permintaan agregat memangaruhi keseluruhan tingkat harga, tetapi tidak memengaruhi output.
2.      Dampak Pergeseran Penawara Agregat
Guncangan penawaran yang memperburuk meningkatkan biaya dan harga.  Jika AD dipertahankan konstan, perekonomian bergerak dari titik A ke titik B, mengarah pada stagflasi—kombinasi kenaikan harga dan penurunan tingkat output. Akhirnya, seiring harga turun, perekonomian kembali ke tingkat alami pada titik A. pergeseran-pergeseran pada penawaran agregat dapat menyebabkan stagflasi yaitu gabugan antara resesi (merosotnya output) dengan inflasi (naiknya harga-harga). Para pembuat kebijakan yang dapat memengaruhi permintaan agregat tidak dapat menyeimbangkan kedua dampak yang berlawananini secara bersamaan.



1 komentar:

Mengenal sistem moneter di bank Indonesia

Nama                : Egi Pratama Npm                 : 1601270108 Program study :   Perbankan Syariah Materi report ke 8 Pemb...