Nama : Egi
Pratama
Npm : 1601270108
Program
Study : Perbankan Syariah
Mata
Kuliah : Kebijakan
Moneter dan Fisika
Pembahasan : Flutuasi
Ekonomi dan Kuantitas Uang
Kuantitas Ekonomi
Teori kuantitas uang
merupakan teori yang mengemukakan adanya hubungan langsung antara perubahan
jumlah uang yang beredar dengan perubahan harga barang.
Teori ini berpandangan
bahwa terdapat hubungan langsung antara pertumbuhan jumlah uang beredar dengan
kenaikan harga-harga umum (inflasi) dan pertumbuhan jumlah uang beredar
merupakan penyebab utama inflasi. Penjelasan ini relevan dengan pandangan monetarist (Milton Friedman) bahwa
inflasi, dimana dan kapanpun terjadinya, selalu merupakan sebuah fenomena moneter.
Hubungan tersebut dapat
dikemukakan bahwa harga barang berbanding lurus dengan jumlah uang yang
beredar. Teori kuantitas tersebut dikemukakan oleh Irving Fisher, dengan rumus
sbb :
MV = PT
Keterangan :
M = Money in circulation (jumlah uang yang beredar)
.
V = Velocity of circulation (kecepatan peredaran
uang) .
P = Price (tingkat harga rata-rata barang) .
T = Trade (jumlah barang yang diperdagangkan) atau
output .
Contoh Soal :
Dalam Suatu
Perekonomian ADA 1.500.000 Unit Barang diperdagangkan DENGAN harga Rp 400.000,
00 per unit. JIKA perputaran Uang selama Satu Tahun ADA sebanyak 10 Kali.
Berapa Banyak Uang Yang distributes di Perekonomian tersebut?
Jawab :
Diketahui:
Banyak Barang diperdagangkan (T)
= 1.500.000 Unit
Harga Barang (P) = Rp 400.000,00
KECEPATAN perputaran Uang (V) =
10.
Ditanyakan:
Berapa jumlah Uang
Yang beredar? (M)
Jawab:
Rumus berdasar Teori kuantitas
Irving Fisher; M. V = P. T
M x 10 = 400,000 x 1.500.000
M = (400,000 X 1.500.000) / 10
= 60.000.000.000
Jadi Uang Yang beredar
di Perekonomian tersebut Adalah sebesar Rp 60.000.000.000,00
Menurut teori ini ,
perubahan jumlah uang yang beredar akan mengakibatkan perubahan harga secara
proporsional . artinuya , kalau jumlah naik dua kali lipat maka tingkat harga
naik dua kali .
Fluktuasi Ekonomi
Fluktuasi ekonomi
adalah kenaikan dan penurunan aktifitas ekonomi
secara relatif dibandingkan dengan trend pertumbuhan jangka panjang dari ekonomi.
Tiga Faktor Utama Mengenai Fluktuasi
Ekonomi :
a.
Fluktuasi dalam perekonomian sifatnya tidak teratur
dan tidak dapat diramalkan .
b.
Kebanyakan besaran ekonomi makro berflukturasi
bersama-sama .
c.
Saat hasil produksi turun, tingkat pengangguran naik .
Dalam
perkembangan teori tentang fluktuasi ekonomi, dunia ekonomi dihadapkan pada dua
pandangan yang berbeda dalam menjelaskan terjadinya fluktuasi output dan kesempatan
kerja jangka pendek. Teori tentang fluktuasi ekonomi yang paling umum saat ini
adalah teori Real Business Cycle, teori Business Cycle Keynesian dan teori
Business Cycle Moneter.
1. Teori Real
Business Cycle
Teori Real
Business Cycle memberi kontribusi penting dalam ilmu ekonomi dengan memberi
sudut pandang baru yang berbeda dalam mengkaji fluktuasi jangka pendek dari
output dan kesempatan kerja (employment) yang dijelaskan dengan menggunakan
substitusi tenaga kerja antar waktu. Dalam teori ini, fluktuasi dianggap
sebagai perubahan dalam tingkat output alami atau keseimbangan dengan tetap
mempertahankan model klasik sebagai acuan. Teori ini mengasumsikan bahwa harga
dan upah adalah fleksibel, bahkan dalam jangka pendek. Dengan asumsi complete
price flexibility, teori ini menganut classical dichotomy dimana
variabel-variabel nominal seperti pergerakan uang dan tingkat harga tidak
mempengaruhi variabel-variabel di sektor riil seperti output dan pengangguran
(Mankiw, 2000).
2. Teori
Business Cycle Keynesian
Para
pengkritik teori Real Business Cycle umumnya berasal dari penganut aliran
Keynesian. Banyak dari mereka percaya bahwa fluktuasi output dan kesempatan
kerja dalam jangka pendek disebabkan oleh terjadinya fluktuasi dalam permintaan
agregat akibat lambatnya upah dan harga menyesuaikan dengan kondisi ekonomi
yang sedang berubah. Dengan kata lain teori ini percaya bahwa upah dan harga
bersifat kaku/sulit berubah, sehingga peranan pemerintah dalam kebijakan fiskal
dan moneter sangat diperlukan untuk menstabilkan perekonomian. Karena teori ini
dibangun diatas model permintaan agregat dan penawaran agregat tradisional,
maka dalam teori ini dikatakan bahwa perubahan harga dari biaya sekecil apapun
akan memiliki dampak makroekonomi yang besar karena adanya eksternalitas
permintaan agregat.
3. Teori
Business Cycle Moneter
Teori
business cycle moneter menekankan pada pentingnya guncangan permintaan,
khususnya terhadap fluktuasi ekonomi, tetapi hanya dalam jangka pendek. Dalam
business cycle moneter dan keynesian, uang mempengaruhi output sedangkan teori
real business cycle menyatakan bahwa output mempengaruhi uang.
Contoh kasus di Indonesia
- Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat
fluktuatif disebabkan perekonomian Indonesia sangat tergantung pada kondisi
eksternal.Misalnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama periode 1970-an,
khususnya 1971-1973 disebabkan membubungnya harga minyak bumi, yang meningkatkan
penerimaan ekspor migas.Minyak inilah yang dimanfaatkan pemerintah untuk
meningkatkan APBN, selama PJP1 merupakan salah satu mesin utama pertumbuhan
ekonomi.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang rendah,
terutama pada periode 1982, disebabkan perekonomian dunia mengalami resesi.
Melemahnya perekonomian dunia bermakna melemahnya permintaan terhadap ekspor
Indonesia, yang pada gilirannya akan melemahkan kemampuan Indonesia mengimpor
bahan baku dan barang modal guna meningkatkan produksi.
- Krisis Ekonomi 1998
Krisis ekonomi Indonesia merupakan konsekuensi
dari mekanisme pasar yang ditempuh pemerintah.Risiko dari mekanisme pasar
adalah kegagalan pasar, yang disebabkan ketidaksempurnaan informasi atau
penyimpangan moral para pelaku ekonomi.
Flukturasi
ekonomi jangka pendek
a.
Model dasar dari fluktuasi ekonomi
Model fluktuasi ekonomi jangka
pendek terfokus pada perilaku dua variabel. Variabel pertama adalah hasil
perekonomian dalam bentuk barang dan jasa, sebagaimana diukur oleh PDB riil.
Variabel kedua adalah tingkat harga keseluruhan, yang diukur oleh indeks harga
konsumen atau deflator PDB. Kita menganalisis fluktuasi-fluktuasi dalam
perekonomian secara keseluruhan dengan model permintaan dan penawaran agregat.
Permintaan agregat
Permintaan agregat ( aggregate
demand, AD) adalah hubungan antara jumlah output yang diinginkan dan tingkat
harga agregat. Dengan kata lain, kurva permintaan agregat menyatakan jumlah
barang dan jasa yang ingin dibeli orang pada tingkat harga tertentu.
Kurva permintaan agregat
Kurva
permintaan agregat AD menunjukan hubungan antara tingkat harga P dan jumlah
barang dan jasa yang diminta Y. Kurva itu digambar untuk nilai penawaran uang M
tertentu. Kurva permintaan agregat miring ke bawah : semakin tinggi harga P,
semakin rendah tingkat keseimbangan riil M/F, dan karena itu semakin rendah
jumlah barang dan jasa yang diminta Y.
Terdapat 3 alasan berkaitan dengan hubungan negatif kurva permintaan
agregat tersebut yaitu :
1.
Tingkat
harga dan konsumsi : Efek kekayaan
Penurunan tingkat harga membuat konsumen merasa lebih kaya, yang kemudian
akan terdorong untuk lebih banyakmembelanjakan uangnya. Peningkatan pengeluaran
konsumen berarti juga peningkatan jumlah barang dan jasa yang diminta
2.
Tingkat
harga dan investasi : Efek suku bunga
Tingkat harga yang lebih rendah menurunkan suku bunga, yang akan mendorong
pembelanjaan barang-barang investasi dan meningkatkan jumlah barang dan jasa
yang diminta
3. Tingkat harga dan ekspor neto : Efek nilai tukar
Jatuhnya tingkat harga di AS menyebabkan jatuhnya suku bunga di negara
tersebut, terdepresiasinya nilai tukar riil yang kemudian mendorong ekspor neto
AS dan meningkatkan jumlah permintaan barang dan jasa.
Penawaran agregat
Penawaran
agregat (aggregate supply, AS) adalah hubungan antara jumlah barang dan jasa
yang di tawarkan dan tingkat harga. Karena perusahaan yang menawarkan barang
dan jasa memiliki harga yang fleksibel dalam jangka panjang tetapi harga yang
kaku dalam jangka pendek, hubungan penawaran agregat bergantung pada horison
waktu.
Jangka
panjang: kurva penawaran agregat vertikal dalam jangka panjang tingkat output
ditentukan oleh jumlah modal dan tenaga kerja serta ketersediaan teknologi,
tingkat output, tingkat bergantung pada tingkat harga. Kurva tingkat agregat
jangka panjang adalah vertikal.
Jangka pendek: kurva penawaran
agregat horizontal adalah perpotongan kurva permintaan agregat dan kurva
penawaran agregat jangka pendek horizontal, perubahan permintaan agregat
mempengaruhi tiingkat output.
Kebijakan
stabilisasi
Bertujuan untuk mengevaluasi bagaimana kebijakan
makroekonomi dapat menanggapi guncangan ini, para ekonom menggunakan istilah
kebijakan stabilisasi (stabilization policy) untuk mengacu pada tindak
kebijakan yang bertujuan mengurangi tekanan fluktuasi ekonomi jangka-pendek.
a. Guncangan
pada permintaan agregat
Tingkat
permintaan agregat yang tinggi mendorong harga dan upah, dengan naiknya tingkat
harga, kuantitas output yang diminta menurun, dan perekonomian secara bertahap mendekati
tingkat produksi alamiah. Tetapi selama masa transisi ke tingkat harga yang
lebih tinggi, output perekonomian lebih tinggi daripada tingkat alamiahnya.
b. Guncangan
pada penawaran agregat
Guncangan
pada permintaan agregat bisa menyebabkan fluktuasi ekonomi. Guncangan penawaran
adalah guncangan pada perekonomian yang bisa mengubah biaya produksi barang
serta jasa dan akibatnya, mempengaruhi harga yang dibebankan perusahaan kepada
konsumen, karena memiliki dampak yang langsung terhadap tingkat harga,
guncangan penawaran kadang disebut guncangan harga.
DUA PENYEBAB FLUKTUASI EKONOMI
1.
Dampak Pergeseran Permintaan Agregat
Akan mengurangi permintaa agregat
terhadap barang dan jasa. Dengan kata lain, untuk tingkat harga berapun , ruma
tangga dan perusahaan akan membeli barang dan jasa dalam jumlah yang lebih
sedikit. Tingkat output yang jatuh menandakan bahwa perekonomianvberada pada
resesi. Sehingga perusahaan merespon penjualan dan produksi yang lebih
rendahdengan mengurangi pekerja. Oleh karena itu, pesimis yang menyebabkan
pergeseran pada permintaan agregat dan naikknya angka pengangguran. Solusinya
adalah dengan menaikkan belanja pemerintah atau kenaikan jumlah uang beredar
akan meningkatkan jumlah permintaan barang dan jasa pada harg aberapap pun
sehingga akan mengeser kurva permintaan agregat ke kanan. Perekonomian
mulai pada ekuilibrium jangka-panjang di titik A. Maka, penurunan permintaan
agregat, mungkin disebabkan penurunan jumlah uang beredar M, menggeser perekonomian dari titik A ke titik B, di mana output di bawah tingkat alaminya. Seiring harga
turun, perekonomian pulih dari resesi, bergerak dari titik B ke titik C. dalam jangka pendek, pergeseran-pergeseran pada permintaan
agregat menyebabkan fluktuasi pada output barang dan jasa dalam perekonomian.
dalam jangka panjang, pergeseran pada permintaan agregat memangaruhi
keseluruhan tingkat harga, tetapi tidak memengaruhi output.
2.
Dampak Pergeseran Penawara Agregat
Guncangan
penawaran yang memperburuk meningkatkan biaya dan harga. Jika AD
dipertahankan konstan, perekonomian bergerak dari titik A ke titik B, mengarah
pada stagflasi—kombinasi kenaikan harga dan penurunan tingkat output. Akhirnya,
seiring harga turun, perekonomian kembali ke tingkat alami pada titik A.
pergeseran-pergeseran pada penawaran agregat dapat menyebabkan stagflasi yaitu
gabugan antara resesi (merosotnya output) dengan inflasi (naiknya harga-harga).
Para pembuat kebijakan yang dapat memengaruhi permintaan agregat tidak dapat
menyeimbangkan kedua dampak yang berlawananini secara bersamaan.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus