Nama : Egi pratama
Npm : 1601270108
Prody : Perbankan Syariah ‘16
Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara
Sistem Kebijakan
Moneter dan Nilai Tukar
A. Sistem
Kebijakan Moneter di Indonesia
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang diambil oleh bank
sentral atau Bank Indonesia dengan tujuan memelihara dan mencapai stabilitas
nilai mata uang yang dapat dilakukan antara lain dengan pengendalian jumlah
uang yang beredar di masyarakat dan penetapan suku bunga .
Kebijakan moneter meliputi langkah-langkah kebijakan yang
dilaksanakan oleh bank sentral atau Bank Indonesia untuk dapat mengubah
penawaran uang atau mengubah suku bunga yang ada, dengan tujuan untuk
memengaruhi pengeluaran dalam perekonomian .
Perubahan yang
besar pada Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dalam
menjalankan tugasnya tertuang dalam UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia,
yang berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 Undang-undang ini telah diubah
dengan UU No 6 tahun 2009. Dalam undang-undang ini status dan kedudukan
Bank Indonesia dalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya, serta bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak
lain. Terdapat perubahan mendasar, di mana tugas Bank Indonesia adalah menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Arah kebijakan di
fokuskan pada sasaran laju inflasi yang ingin dicapai yang di wujudkan dalam kerangka target inflasi (inflation
targeting framework).
Definisi kebijakan moneter sebelum era reformasi dapat memperlihatkan
bagaimana perbedaan fungsi bank sentral sebelum dan sesudah reformasi. Menurut
Roswita (1995), kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh
penguasa moneter (bank sentral)
untuk mempengaruhi jumlah uang beredar, tingkat bunga, dan kredit yang pada
waktunya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Adapun tujuan dari
kebijaksanaan moneter .
1.
Pendapatan nasional yang
tinggi agar pertumbuhan ekonomi yang tinggi .
2.
Kesempatan kerja yang cukup tinggi agar tingkat pengangguran rendah .
3.
Kestabilan harga atau laju inflasi yang rendah .
4.
Neraca pembayaran internasional
yang seimbang .
5.
Distribusi pendapatan yang merata .
Setelah krisis moneter yang terjadi
pada pertengahan tahun 1997 lalu, tujuan dan tugas utama Bank Indonesia saat
ini hanya terfokus pada pencapaian dan pemeliharaan stabilitas nilai rupiah
meliputi inflasi dan nilai tukar.
Tujuan akhir
kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang
salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Untuk
mencapai tujuan itu Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI sebagai instrumen kebijakan utama untuk
mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian
inflasi. Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI sampai dengan pencapaian sasaran inflasi
tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag).
Mekanisme
bekerjanya perubahan BI sampai
mempengaruhi inflasi tersebut sering disebut sebagai mekanisme transmisi
kebijakan moneter. Mekanisme ini menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui
perubahan-perubahan instrumen moneter dan target operasionalnya mempengaruhi
berbagai variable ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan
akhir inflasi. Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank
Sentral, perbankan dan sektor keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur,
diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga
aset, dan jalur ekspektasi.
Pada jalur
suku bunga, perubahan BI mempengaruhi
suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian
sedang mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter
yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi.
Penurunan suku bunga BI menurunkan suku
bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga
akan meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal
perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas
konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah.
Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon
dengan menaikkan suku bunga BI untuk
mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan
inflasi.
Perubahan
suku bunga BI juga dapat mempengaruhi
nilai tukar. Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI,
sebagai contoh, akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia
dengan suku bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut
mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen
keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat
pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya
akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan
harga barang impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi
lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor dan mengurangi
ekspor. Turunnya net ekspor ini akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan
ekonomi dan kegiatan perekonomian.
Perubahan
suku bunga BI mempengaruhi perekonomian
makro melalui perubahan harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga
aset seperti saham dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan
perusahaan yang pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan
kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi.
Dampak
perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi ekspektasi
publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yang diperkirakan
akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi mendorong pekerja
untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih tinggi.
Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada konsumen melalui
kenaikan harga.
Mekanisme
transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu (time lag). Time lag
masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang lain. Jalur nilai tukar biasanya
bekerja lebih cepat karena dampak perubahan suku bunga kepada nilai tukar
bekerja sangat cepat. Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat
berpengaruh pada kecepatan tarnsmisi kebijakan moneter. Apabila perbankan
melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan
suku bunga BI biasanya sangat lambat.
Juga, apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki
permodalan, penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya permintaan kredit
belum tentu direspon dengan menaikkan penyaluran kredit. Di sisi permintaan,
penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon oleh
meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian
sedang lesu. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan, perbankan, dan kondisi
sektor riil sangat berperan dalam menentukan efektif atau tidaknya proses
transmisi kebijakan moneter.
B. Sistem Nilai Tukar
di indonesia
Pengertian nilai Tukar
Secar umum nilai tukar dapat di
artikan sebagai perbandingan antara harga mata uang suatu negara dengan harga
mata uang negara lain . nilai tukar antar mata uang disebut juga sebagai nilai
kurs , nilai kurs merupakan harga satu satuan mata uang asing dalam satuan uang
dalam negeri . atau , dengan kata lain kurs merupakan harga suatu mata uang
apabila di tukarkan dengan mata uang lainnya .
Kurs rupiah terhadap dolar
amerika , yen , poundsteling, dolar Australia, dolar Singapura dan Euro
merupakan mata uangn yang paling di kenal karena mata uang ini sering muncul di
berbagai media masa . dan mata uang tersebut dianggap memiliki nilai yang
stabil dan sering menjadi alat pembayaran internasional .
Sistem nilai tukar memiliki
peran untuk tercapainya stabilitas moneter. Nilai tukar yang stabil di perlukan
untuk terciptanya kondisi yang kondusif bagi kegiatan dunia usaha. Dengan
adanya kondisi yang kondusif bagi dunia usaha di harapkan dapat membantu
tingkat pertumbuhan ekonomi di indonesia. Terlebih lagi bila kita berhubungan
dengan negara lain yang memiliki mata uang yang berbeda, dengan ada nya sistem
nilai tukar ini memudahkan untuk hal pembayaran dengan perjanjian dari kedua
negara tersebut.
Sistem nilai tukar di indonesia
saat pertama kali adalah sistem nilai tukar tetap. Sistem nilai tetap adalah
menetapkan tingkat nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang negara
lain pada tingkat tertentu, tanpa memperhatikan penawaran ataupun permintaan
terhadap valuta asing yang terjadi.
Kelebihannya :
- Pemerintah memiliki hak dalam mengawasi transaksi devisa.
- Pemerintah berperan aktif di pasar valuta asing untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang telah ditentukan.
Kekurangannya :
- Negara yang menggunakan kebijakan sistem nilai tukar tetap akan mengalami kesulitan ketika menjual barang-barang ekspor di pasar internasional. Sebab barang yang dijual menjadi mahal harganya dibandingkan dengan harga yang berlaku pada biasanya. Oleh sebab itu guna mengatasi kekurangan dari kebijakan sisten nilai tukar tetap pemerintah dapat menggunakan kebijakan devaluasi.
Klasifikasi sistem nilai tukar:
- Tetap (fixed)
- Mengambang bebas (freely floating)
- Mengambang terkendali (managed float)
- Terpatok (pegged)
Tetap ( fixed )
Sistem nilai tukar tetap adalah
sistim moneter (nilai tukar) yang dibuat konstan atau dibiarkan berfluktuasi
dalam batas-batas yang sangat sempit. Jika nilai tukar bergerak/berubah terlalu
tajam, pemerintah dapat melakukan intervensi untuk mempertahankan dalam
batas-batas yang dikehendaki.
Perjanjian Bretton Woods (Bretton
Woods Agreement) tahun 1994 di New Hampshire, AS telah menetapkan kurs
tetap dimana tiap valuta dinilai berbasis emas dan semua valuta relatif sama
satu sama lainnya.
Mengembang bebas ( Frelly Floating )
Sistem nilai
tukar mengambang bebas adalah sistim moneter dimana nilai tukar dibiarkan
bergerak mengikuti kekuatan-kekuatan pasar tanpa intervensi dari pemerintah.
Mengambang
terkendali (managed float)
Sistem nilai tukar mengambang
terkendali adalah sistim nilai tukar dimana nilai tukar dibiarkan berfluktuasi
tanpa batas-batas yang ekplisit, tetapi bank sentral atau pemerintah dapat atau
kadang-kadang melakukan intervensi untuk mencegah valutamereka
berfluktuasiterlalutajamke satuarah.
Terpatok (pegged)
Sistim nilai tukar terpatok
adalah suatu sistim nilai tukar dimana valuta suatu negara dipatokkan atau
dikaitkan ke suatu valuta lain atau ke suatu unit perhitungan. Walaupun nilai
valuta lokal tetap dalam hubungannya dengan valuta asing (atau unit
perhitungan) yang menjadi patokkan, tetapi valuta tersebut bergerak mengkuti
valutatersebut relatif terhadap valuta-valuta lainnya.
Faktor yang mempengharui nilai tukar
Nilai tukar suatu mata uang biasanya
akan selalu berubah- ubah tatkala nilai dari komponen mata uang berubah .
biasanya nilai mata uang akan cenderung meningkat apabila permintaaan terhadap
mata uang yang bersangkutan lebih besar dibandingkan dengan pasokan yang ada ,
serta nilai mata uang akan cenderung menurun apabila permintaan terhadap mata
uang tersebut lebih kecil dari suplai yang ada . perubahan dalam penawaran dan
permintaan terhadapa sesuatu mata uang yang selanjutnya mengakibatkan perubahan
dalam kurs , di sebabkan oleh beberapa faktor , di antaranya adalah sebagai
sebagai berikut :
1. Perubahan
dalam cita rasa masyarakat .
2. Perubahan
harga barang ekspor dan impor .
3. Kenaikan
harga umum ( inflasi ).
4. Perubahan
suku bunga dan tingkat pengembalian investasi .
5. Pertumbuhan
ekonomi .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar