Rabu, 18 April 2018

Sistem Kebijakan Moneter dan Nilai Tukar di Indonesia



Nama               :  Egi pratama
Npm                : 1601270108
Prody              :  Perbankan Syariah ‘16
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Sistem Kebijakan Moneter dan Nilai Tukar
A.    Sistem Kebijakan Moneter di Indonesia
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang diambil oleh bank sentral atau Bank Indonesia dengan tujuan memelihara dan mencapai stabilitas nilai mata uang yang dapat dilakukan antara lain dengan pengendalian jumlah uang yang beredar di masyarakat dan penetapan suku bunga .
Kebijakan moneter meliputi langkah-langkah kebijakan yang dilaksanakan oleh bank sentral atau Bank Indonesia untuk dapat mengubah penawaran uang atau mengubah suku bunga yang ada, dengan tujuan untuk memengaruhi pengeluaran dalam perekonomian .
Perubahan yang besar pada Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dalam menjalankan tugasnya tertuang dalam UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia,  yang berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 Undang-undang ini telah diubah dengan UU No 6 tahun 2009. Dalam undang-undang ini status dan kedudukan Bank Indonesia dalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, serta bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak lain.  Terdapat perubahan mendasar, di mana tugas Bank Indonesia adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Arah kebijakan di fokuskan pada sasaran laju inflasi yang ingin dicapai yang di wujudkan dalam kerangka target inflasi (inflation targeting framework).
Definisi kebijakan moneter sebelum era reformasi dapat memperlihatkan bagaimana perbedaan fungsi bank sentral sebelum dan sesudah reformasi. Menurut Roswita (1995), kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter (bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar, tingkat bunga, dan kredit yang pada waktunya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Adapun tujuan dari kebijaksanaan moneter .
1.        Pendapatan nasional yang tinggi agar pertumbuhan ekonomi yang tinggi .
2.        Kesempatan kerja yang cukup tinggi agar tingkat pengangguran rendah .
3.        Kestabilan harga atau laju inflasi yang rendah .
4.        Neraca pembayaran internasional yang seimbang .
5.        Distribusi pendapatan yang merata .

            Setelah krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 lalu, tujuan dan tugas utama Bank Indonesia saat ini hanya terfokus pada pencapaian dan pemeliharaan stabilitas nilai rupiah meliputi inflasi dan nilai tukar.
Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI  sebagai instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian inflasi. Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI  sampai dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag).
Mekanisme bekerjanya perubahan BI  sampai mempengaruhi inflasi tersebut sering disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme ini menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen moneter dan target operasionalnya mempengaruhi berbagai variable ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi. Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan sektor keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI  mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi. 

Pada jalur suku bunga, perubahan BI  mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI  menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI  untuk mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi.
Perubahan suku bunga BI  juga dapat mempengaruhi nilai tukar. Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI, sebagai contoh, akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor. Turunnya net ekspor ini akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan perekonomian.
Perubahan suku bunga BI  mempengaruhi perekonomian makro melalui perubahan harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti saham dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi.
Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yang diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada konsumen melalui kenaikan harga.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu (time lag). Time lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang lain. Jalur nilai tukar biasanya bekerja lebih cepat karena dampak perubahan suku bunga kepada nilai tukar bekerja sangat cepat. Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat berpengaruh pada kecepatan tarnsmisi kebijakan moneter. Apabila perbankan melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan suku bunga BI  biasanya sangat lambat. Juga, apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya permintaan kredit belum tentu direspon dengan menaikkan penyaluran kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian sedang lesu. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan, perbankan, dan kondisi sektor riil sangat berperan dalam menentukan efektif atau tidaknya proses transmisi kebijakan moneter.
B.     Sistem Nilai Tukar di indonesia

Pengertian nilai Tukar
Secar umum nilai tukar dapat di artikan sebagai perbandingan antara harga mata uang suatu negara dengan harga mata uang negara lain . nilai tukar antar mata uang disebut juga sebagai nilai kurs , nilai kurs merupakan harga satu satuan mata uang asing dalam satuan uang dalam negeri . atau , dengan kata lain kurs merupakan harga suatu mata uang apabila di tukarkan dengan mata uang lainnya .
Kurs rupiah terhadap dolar amerika , yen , poundsteling, dolar Australia, dolar Singapura dan Euro merupakan mata uangn yang paling di kenal karena mata uang ini sering muncul di berbagai media masa . dan mata uang tersebut dianggap memiliki nilai yang stabil dan sering menjadi alat pembayaran internasional .
Sistem nilai tukar memiliki peran untuk tercapainya stabilitas moneter. Nilai tukar yang stabil di perlukan untuk terciptanya kondisi yang kondusif bagi kegiatan dunia usaha. Dengan adanya kondisi yang kondusif bagi dunia usaha di harapkan dapat membantu tingkat pertumbuhan ekonomi di indonesia. Terlebih lagi bila kita berhubungan dengan negara lain yang memiliki mata uang yang berbeda, dengan ada nya sistem nilai tukar ini memudahkan untuk hal pembayaran dengan perjanjian dari kedua negara tersebut.
Sistem nilai tukar di indonesia saat pertama kali adalah sistem nilai tukar tetap. Sistem nilai tetap adalah menetapkan tingkat nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang negara lain pada tingkat tertentu, tanpa memperhatikan penawaran ataupun permintaan terhadap valuta asing yang terjadi.
Kelebihannya :
  • Pemerintah memiliki hak dalam mengawasi transaksi devisa.
  • Pemerintah berperan aktif di pasar valuta asing untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang telah ditentukan.
Kekurangannya :
  • Negara yang menggunakan kebijakan sistem nilai tukar tetap akan mengalami kesulitan ketika menjual barang-barang ekspor di pasar internasional. Sebab barang yang dijual menjadi mahal harganya dibandingkan dengan harga yang berlaku pada biasanya. Oleh sebab itu guna mengatasi kekurangan dari kebijakan sisten nilai tukar tetap pemerintah dapat menggunakan kebijakan devaluasi.
Klasifikasi sistem nilai tukar:
  1. Tetap (fixed)
  2. Mengambang bebas (freely floating)
  3. Mengambang terkendali (managed float)
  4. Terpatok (pegged
Tetap ( fixed )
Sistem nilai tukar tetap adalah sistim moneter (nilai tukar) yang dibuat konstan atau dibiarkan berfluktuasi dalam batas-batas yang sangat sempit. Jika nilai tukar bergerak/berubah terlalu tajam, pemerintah dapat melakukan intervensi untuk mempertahankan dalam batas-batas yang dikehendaki.

Perjanjian Bretton Woods (Bretton Woods Agreement) tahun 1994 di New Hampshire, AS telah menetapkan kurs tetap dimana tiap valuta dinilai berbasis emas dan semua valuta relatif sama satu sama lainnya. 
Mengembang bebas ( Frelly Floating )
Sistem nilai tukar mengambang bebas adalah sistim moneter dimana nilai tukar dibiarkan bergerak mengikuti kekuatan-kekuatan pasar tanpa intervensi dari pemerintah.
Mengambang terkendali (managed float)
Sistem nilai tukar mengambang terkendali adalah sistim nilai tukar dimana nilai tukar dibiarkan berfluktuasi tanpa batas-batas yang ekplisit, tetapi bank sentral atau pemerintah dapat atau kadang-kadang melakukan intervensi untuk mencegah valutamereka berfluktuasiterlalutajamke satuarah.
Terpatok (pegged
Sistim nilai tukar terpatok adalah suatu sistim nilai tukar dimana valuta suatu negara dipatokkan atau dikaitkan ke suatu valuta lain atau ke suatu unit perhitungan. Walaupun nilai valuta lokal tetap dalam hubungannya dengan valuta asing (atau unit perhitungan) yang menjadi patokkan, tetapi valuta tersebut bergerak mengkuti valutatersebut relatif terhadap valuta-valuta lainnya.
Faktor yang mempengharui nilai tukar
Nilai tukar suatu mata uang biasanya akan selalu berubah- ubah tatkala nilai dari komponen mata uang berubah . biasanya nilai mata uang akan cenderung meningkat apabila permintaaan terhadap mata uang yang bersangkutan lebih besar dibandingkan dengan pasokan yang ada , serta nilai mata uang akan cenderung menurun apabila permintaan terhadap mata uang tersebut lebih kecil dari suplai yang ada . perubahan dalam penawaran dan permintaan terhadapa sesuatu mata uang yang selanjutnya mengakibatkan perubahan dalam kurs , di sebabkan oleh beberapa faktor , di antaranya adalah sebagai sebagai berikut :
1.      Perubahan dalam cita rasa masyarakat .
2.      Perubahan harga barang ekspor dan impor .
3.      Kenaikan harga umum ( inflasi ).
4.      Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi .
5.      Pertumbuhan ekonomi .



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenal sistem moneter di bank Indonesia

Nama                : Egi Pratama Npm                 : 1601270108 Program study :   Perbankan Syariah Materi report ke 8 Pemb...